Malam Ini Akan Ada 3 Fenomena Dilangit, Berikut Selengkapnya
Jakarta - Mulai petang ini akan ada tiga fenomena sekaligus yang menghiasi langit
malam Indonesia. Ketiga fenomena tersebut adalah puncak hujan meteor
Perseid September, konjungsi Bulan dan Merkurius, Merkurius di titik
tertinggi ketika senja. Berikut penjelasannya dan cata menyaksikannya.
1. Puncak hujan meteor Perseid September
Perseid September adalah hujan meteor yang titik radian atau asal
kemunculan meteornya terletak di konstelasi Perseus. Peneliti di Pusat
Riset Sains Antariksa BRIN, Andi Pangerang mengatakan, puncak hujan
meteor Perseid Spetember ini memiliki perbedaan yang jelas dibandingkan
dengan Perseid Agustus.
Perbedaannya dengan hujan meteor Perseid pada
bulan Agustus silam adalah, Perseid September terbentuk dari sisa debu
komet berperiode lama yang belum diketahui dan diduga mengorbit Matahari
selama ribuan tahun dengan arah yang berlawanan, sedangkan Perseid
berasal dari komet Swift-Tuttle.
Diketahui bahwa hujan meteor ini pertama kali diamati oleh G. Zezioli
pada antara tahun 1867 hingga 1870. Hujan meteor ini aktif sejak 5
September hingga 21 September mendatang, dan intensitas meteor
maksimumnya terjadi pada 9 September 2021 pukul 18.00 WIB, 19.00 Wita,
20.00 WIT.
"Sehingga, hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul
22.00 waktu setempat hingga 20 menit sebelum terbit Matahari keesokan
harinya (10/9) dari arah Timur Laut hingga Utara-Barat Laut,"kata Andi
kepada wartawan, Kamis (25/8/2021). Adapun, intensitas maksimum saat
titik radiannya berada di zenit sebesar 5 meteor per jam.
Ia menambahkan, mengingat ketinggian titik radian tertingginya di
Indonesia berkisar 24 derajat-25 derajat, maka intensitas maksimumnya 2
meteor per jam. Sementara, kelajuan hujan meteor ini mencapai 230.400
km/jam.
"Hujan meteor ini dapat disaksikan menggunakan mata biasa selama
cuaca cerah, langit bersih, bebas polusi cahaya dan penghalang yang
menghalangi medan pandang,"kata dia.
2. Konjungsi Bulan-Merkurius
Pada hari yang sama, Bulan akan berkonjungsi dengan Merkurius pada pukul
03.18 WIB, tanggal 9 September 2021. Kendati berkonjungsi pada dini
hari tadi, Andi berkata, fenomena ini baru dapat disaksikan 20 menit
setelah terbenam Matahari selama 75 menit dari arah Barat.
Sudut pisah Bulan-Merkurius bervariasi antara 7,1 derajat hingga 7,5
derajat. Bulan berfase sabit awal dengan iluminasi 7,2 persen hingga 7,5
persen sedangkan magnitudo Merkurius cenderung konstan sebesar +0,13.
"Di dekat Merkurius, terdapat Venus dan Spica yang tampak berkonjungsi
dengan sudut pisah 4,4 derajat, sehingga fenomena ini disebut juga
konjungsi kuartet Bulan-Merkurius-Venus-Spica," jelasnya.
3. Merkurius di titik tertinggi
Sejak bulan Agustus silam, Merkurius sudah muncul ketika senja. Hal ini
ditandai dengan konjungsi superior Merkurius yakni ketika Merkurius
berada di belakang Matahari jika diamati dari Bumi.
Ketampakan senja ini akan berakhir pada bulan Oktober, yang ditandai oleh konjungsi inferior Merkurius yakni ketika Merkurius berada di depan Matahari jika diamati dari Bumi. "Ketampakan Merkurius ketika senja ini akan mencapai titik tertinggi selama tiga hari sejak tanggal 9-11 September 2021 untuk seluruh wilayah Indonesia,"ujarnya.
Andi mengatakan, fenomena ini dapat disaksikan dari arah Barat sejak 20 menit setelah terbenam Matahari selama 75 menit. "Fenomena ini terjadi sebelum Merkurius mencapai elongasi timur maksimum, yakni ketika posisi Merkurius berada paling timur jika ditinjau dari sumbu Z bidang ekliptika,"ucap dia.
Komentar
Posting Komentar