Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Usai Kelurakan Suara Gemuruh, Para Ahli Khawatirkan Letusan di Taman Yellowstone Setara 1.000 bom Atom Hiroshima

Jakarta -  Sekelompok ahli mengeluarkan peringatan tentang gunung berapi aktif di Taman Nasional Yellowstone, Amerika Serikat (AS) usai mengeluarkan suara gemuruh. Ahli khawatir letusan itu jadi bencana besar bagi manusia. Seperti dilansir dari Daily Celebrity Selasa (23/11/2021), menurut laporan yang ditayangkan dalam movie dokumenter di televisi Network 5, gunung berapi tersebut memiliki potensi kekuatan setara dengan 1.000 bom atom yang pernah diledakkan di Hiroshima. Hal ini juga diprediksi akan menghasilkan 'zona kehancuran' 10 juta kali lebih buruk daripada serangan 9/11/2021. Para ahli khawatir jika gunung berapi meletus, letusan besar akan menyebabkan kerusakan alam dalam sejarah peradaban contemporary. Jika meletus, abu yang dilepaskan akan menutupi sebagian besar AS termasuk kota-kota seperti Seattle dan New york city. Letusannya sendiri bahkan bisa mencapai degree tujuh negara bagian di AS. Badai abu vulkanik yang bersuhu hingga 400 derajat Celcius i

Usai Meletus Selama 6 Bulan, Gunung Berapi di Islandia Berhenti Memuntahkan Lava? Berikut Selengkapnya

Jakarta - Setelah 6 bulan meletus Gunung Berapi Fagradalsfjall di barat daya Reykjavik, Islandia, mendadak berhenti memuntahkan lava. Gunung Fagradalsfjall pertama kali meletus pada 19 Maret 2021, setelah 800 tahun tidak meletus. Meskipun sejak 18 September 2021 Gunung Fagradalsfjall tidak sudah tidak memuntahkan lava, para ahli vulkanologi belum yakin letusannya telah berakhir. Letusan Gunung Fagradalsfjall merupakan yang terpanjang dalam kurun waktu 50 tahun di Islandia. "Ada kemungkinan titik yang cukup tersumbat untuk mulai mendingin, (sehingga) lava baru belum berhasil keluar. Begitulah seringnya letusan berakhir,"kata Sara Barsotti, Koordinator Bahaya Vulkanik di Kantor Meteorologi Islandia (IMO), kepada AFP, Jumat (19/11/2021). Selama dua bulan, seismograf tidak mencatat adanya getaran-getaran kecil yang terekam. Meskipun tidak ada semburan lava selama periode itu, kepulan asap masih mengepul dari kawah utama. "Ini hanya panas dan gas yang tersi

Fenomena Hujan Meteor Leonids Kembali Terjadi Diperkirakan Pada Tangal 17 Atau 18 November Ini

Jakarta - Fenomena hujan meteor tahunan atau Leonids kembali terjadi pada November tahun ini dan diperkirakan puncaknya pada tanggal 17 atau 18. Namun, pada saat puncak hujan meteor, Bulan sedang pada fase purnama. Itu berarti Bulan berada di tengah siklus periodiknya, dengan sekitar 50 persen dari complete kecerahannya. Meskipun bukan kondisi optimal untuk melihat hujan meteor, tapi masih dapat melihat beberapa Leonids melesat melintasi langit. "Bulan purnama yang cerah akan keluar hampir sepanjang malam,"kata EarthSky. "Ini baru terbenam pada dini hari sebelum matahari terbit." Hujan meteor Leonids terakhir mencapai puncaknya pada 17 November 2020, menghasilkan 10 hingga 15 meteor per jam. Kemungkinan tahun ini jumlahnya akan berkurang karena bersamaan dengan Bulan Purnama. Hujan meteor mulai menghujani atmosfer Bumi dari 6 hingga 30 November dan puncaknya pada tanggal 17/18. Waktu terbaik untuk menyaksikan hujan meteor Leonids adalah setelah tengah

PBB Perkirakan Tahun 2030 Beberapa Wilayah Pesisir Asia Termasuk Indonesia Akan Berdampak Tsunami Besar

Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perkirakan jelang tahun 2030, beberapa wilayah pesisir di Asia termasuk Indonesia akan terkena ancaman tsunami besar. Sehubungan dengan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia 5 November 2021, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat daftar bencana tsunami yang telah terjadi selama 100 tahun terakhir, penyebab dan dampaknya terhadap masyarakat, bahaya dan kematian selanjutnya. Menurut laporan Anadolu Firm Jumat (5/11/2021) menyatakan bahwa menerapkan kebijakan dan tindakan awal yang tepat dan tepat dapat membantu mencegah potensi bencana. PBB, yang mencantumkan tsunami sebagai salah satu bencana alam paling berbahaya, memperingatkan bahwa urbanisasi dan pariwisata harus dicegah di daerah rawan tsunami untuk menghindari risiko bagi publik. Sri Lanka, India, Indonesia, Thailand dan Jepang termasuk di antara negara-negara yang paling terkena dampak, menurut pernyataan itu. Data PBB dan that menunjukkan

Jika Saja Bumi Berhenti Berputar, Maka Apa Yang Akan Terjadi? Berikut Selengkapnya

Jakarta - Ketika bumi berhenti berputar, maka kita tidak akan pernah jatuh. Dengan air yang ada di kutub, maka kita bisa berjalan melewati khatulistiwa namun hal itu menjadi pemandangan yang mengerikan. Seperti dilansir dari Unilad dan The Brink, jika dunia benar-benar berhenti maka dengan cepat keadaan akan menjadi tidak ramah. Sebagian planet akan dihadapkan pada sinar matahari, sementara separuhnya lagi harus berhadapan dengan kondisi yang dingin. Area senja akan berubah menjadi lebih sempit antara bagian yang panas dan dingin. Namun zona senja ini pun akan merayap perlahan di sekitar earth sebagaimana bumi ini melakukan orbitnya. Untuk memudahkan dalam bekerja, anggap saja bahwa lautan tidak akan membeku di zona yang dingin begitu pula dengan di zona panas yang tidak akan menguap. Selama jutaan tahun, hal yang dipaksakan ini membuat bagian dunia di tengah menjadi lebih gemuk. Sehingga diameter dari ukuran bumi melewati khatulistiwa mencapai 21,4 km lebih dari ukura