Bagaimana Ular Mempunyai Taring Yang Berbisa?
Jakarta - Ular berbisa menjadi salah satu hewan yang ditakuti karena memiliki
kombinasi taring, serta racun yang dapat melukai spesies lain. Namun
terlepas dari itu, keberadaan taring yang tersebar luas pada ular masih
menimbulkan teka-teka evolusi.
Bagaimana makhluk tersebut dapat mengembangkan taring berbisanya? Sebuah
studi baru word play here menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi.
"Studi kami menjawab mengapa gigi ular berubah menjadi taring yang
menyuntikkan bisa beracun,"kata Dr Alessandro Palci, penulis utama dari
Flinders University, Australia.
Mengutip IFL Science, Jumat (13/8/2021) untuk mengetahui jawaban
tersebut, dalam studinya, peneliti mempelajari gigi atau taring dari
banyak spesies ular, baik yang masih hidup maupun sudah punah.
Peneliti mencari fitur atau bagian yang dikenal sebagai plicidentine
dalam studi untuk mencari asal muasal taring ular berbisa. Penelitian
yang dipublikasikan di Process of the Royal Society B menunjukkan kalau
plicidentine ditemukan di hampir semua ular yang mereka pelajari.
Namun ada satu yang tak memiliki yaitu Anilios (Ramphotyphlops) bicolor
atau ular buta penggali. Plicidentine adalah kerutan di dekat pangkal
gigi. Bagian tersebut menurut peneliti tampaknya menjadi awal mula
sistem pengiriman racun ular.
Seiring waktu, yaitu setiap kali ular menggunakan racun untuk
menaklukkan mangsa atau mengusir predator, fitur tersebut meningkat
kemampuannya.
Dari temuan itu, peneliti pun menyimpulkan jika
plicidentine telah berevolusi menjadi saluran yang digunakan untuk
membawa racun ke ujung taring.
Perkembangan plicidentine ini sendiri menurut peneliti rupanya telah
terjadi sejak lama. Plicidentine terdapat di Yurlunggur, category ular
raksasa Australia yang telah punah hingga 20 juta tahun yang lalu.
Lebih lanjut, ular bukanlah satu-satunya hewan yang mengembangkan kemampuan plicidentine. Fitur ini juga ditemukan di beberapa ikan dan amfibi awal.
Komentar
Posting Komentar